Minggu, 15 Januari 2017

Tugas Prinsip - Prinsip Pembelajaran



MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
DESAIN PEMBELAJARAN & PELATIHAN
DOSEN : Dr. ROBINSON SITUMORANG, M.Pd.


Oleh
Sutihat
NIM. 7772150090

GRADUATE FACULTY
SULTAN AGENG TIRTAYASA UNIVERSITY
SERANG-BANTEN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Memperhatikan makna dari pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran dalam mengedukasi peserta didik yaitu dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.[1]
Makalah ini akan membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan oleh para guru dan peserta didik dalam  rangka kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien dan penerapan setiap prinsip pembelajaran dalam pembelajaran mulai dari perenca-naan sampai pelaksanaan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
2.    Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?
3.    Bagaimana penerapan prinsip pembelajaran dalam pembelajaran?
C.    Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2.    Untuk mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran
3.    Untuk mengetahui penerapan setiap prinsip pembelajaran dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[2] Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak. Prinsip adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama dan menjadi dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik. 
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Jadi prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah. Dengan kata lain, prinsip pembelajaran adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran
1.    Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.[3]
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.[4]
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja  atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2.    Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.[5]
3.    Keterlibatan langsung

Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.

4.    Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.[6]
5.    Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
a)        Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut kecepatan masing-masing
b)        Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c)        Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta kesanggupannya.
d)       Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.[7]
6.    Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.[8]
7.    Balikan dan penguatan
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[9]
c.  Penerapan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1.    Perhatian dan Motivasi
Penerapan prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2.      Keaktifan
Penerapan prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3.      Keterlibatan Langsung atau Pengalaman
Penerapan prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan penerapan prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4.      Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan penerapan dari prinsip pengulangan.
5.      Perbedaan Individual
Penerapan adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa penerapan adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas penerapan prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.
6.      Tantangan
Penerapan prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan penerapan dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah 
7.      Balikan dan Penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru atau orang tua karena hasil belajar yang jelek.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
a.       Pengertian prinsip
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11]Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
b.      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran
1.        Perhatian dan motivasi
2.        Keaktifan
3.        Keterlibatan langsung
4.        Pengulangan
5.        Proses individual
6.        Tantangan
7.        Balikan dan penguatan
c. Penerapan Prinsip-prinsip Pembelajaran dalam Pembelajaran
Penerapan Prinsip Belajar
Bagi Siswa
Bagi Guru
Perhatian dan Motivasi
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
Mengunakan metode yang bervariasi…
Memilih bahan ajar yang diminati siswa..
Keaktifan
Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri
Keterlibatan langsung/
Pengalaman
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.
Pengulangan
Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
Perbedaan Individual
Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa
Tantangan
Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.
Balikan dan penguatan
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.




















DAFTAR PUSTAKA

·      Sagala Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. 2009. Bandung
·      Kamus Besar Bahasa Indonesia.
·      Mudjiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. 2009. Jakarta.
·      Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
·      Prof, Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan Alfabeta. 2012. Bandung.
[1] Syaiful Sagala, konsep dan makna pembelajaran. Hal 63
[2] Kamus besar bahasa indonesia
[3] Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 42
[4] Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 20
[5] Ibid, hal 21
[6] Belajar dan pembelajaran. Hal 43
[7] Pengelolaan pengajaran. Hal 17
[8] Belajar dan pembelajaran. Hal 48
[9] Ibid. hal 49
[10]  Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi pendidikan, hal 146-150
[11] Kamus Besar Bahasa Indonesia

1)   Diambil dari postingan oleh Kurniawan Alex dari web:  http://kurniawaalex.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-pembelajaran.html pada 19 Oktober 2016 pkl. 23:46
2)   Diambil dari makalah Pinkan Hediastantya Putri (STKIP PGRI Pacitan) dari web:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar