MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN
Diajukan
Sebagai Tugas Mata Kuliah
DESAIN PEMBELAJARAN & PELATIHAN
DOSEN : Dr. ROBINSON SITUMORANG, M.Pd.
Oleh
Sutihat
NIM. 7772150090
GRADUATE
FACULTY
SULTAN
AGENG TIRTAYASA UNIVERSITY
SERANG-BANTEN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu
aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar. Aktivitas
ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik.
Undang undang no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan:
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Memperhatikan makna dari pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran dalam mengedukasi peserta didik yaitu dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat mengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung. Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti,
memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.[1]
Makalah ini akan membahas
tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang sangat diperlukan oleh para guru dan
peserta didik dalam rangka
kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efesien dan penerapan
setiap prinsip pembelajaran dalam pembelajaran mulai dari perenca-naan sampai
pelaksanaan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran?
2.
Apa saja yang termasuk ke dalam prinsip pembelajaran?
3.
Bagaimana
penerapan prinsip pembelajaran dalam pembelajaran?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2.
Untuk mengetahui yang termasuk ke dalam prinsip
pembelajaran
3. Untuk mengetahui penerapan setiap prinsip pembelajaran dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar”.[2] Prinsip merupakan sebuah kebenaran
atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak.
Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir,
berpijak atau bertindak. Prinsip
adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama dan menjadi dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil
yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dan peserta didik.
Kata
pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh
pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Jadi
prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan
harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang
dinamis dan terarah. Dengan kata
lain, prinsip pembelajaran adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta
didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi
dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan
berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
B. Prinsip-prinsip
Pembelajaran
1. Perhatian
dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa
perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai
pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya,
apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian
untuk mempelajarinya semakin kuat.[3]
Secara psikologis, apabila
sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus
yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan
tentu akan sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke
dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peran
penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar
kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini
meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b) memahami mengapa
hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang
menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur
tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai
motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya.
Itulah yang disebut motivasi intrinsic, atau tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil,
maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga
pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang
tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi ini dibutuhkan
untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting
adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung
oleh kepawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang
minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.[4]
Motivasi dapat merupakan
tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor
seperti halnya intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.
Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung
tanpa adanya perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa
memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila
terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat
pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak memerlukan motovasi,
walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya
kalau perhatian yang disengaja atau sekehendak, hal ini diperlukan
motivasi.
2. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing
pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik
mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak
ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau
menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia menginginkan suatu keterampilan
tentunya harus pula dapat menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran,
peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati
sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang
berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya
sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi belajar harus
berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktifitas di atas
menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui
pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat
menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam
pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan,
kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang
keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.[5]
3. Keterlibatan
langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edge
Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk
dalam kelas ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta
didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan
pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta
didik.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang
menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang
dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya
tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan
prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah
Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise”
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon
benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori
konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku
individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan
dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas
menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan
tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih
daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan
untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini
tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat
digunakan karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau
latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering
dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak
pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan
pembiasaan.[6]
5. Proses
individual
Proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih cenderung berlangsung secara
klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam
satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta
didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata
tanpa memperhatikan latar belakang social budaya, kemampuan, atau segala
perbedaan individual peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki
ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk
badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula
yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual
yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan
agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka
guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut.
Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari
perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau
evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar
belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani
menyarankan empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan
individual:
a)
Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas
yang diselesaikan menurut kecepatan masing-masing
b)
Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas
tambahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu
terpelihara.
c)
Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu
yang sesuai dengan minat serta kesanggupannya.
d)
Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam
beberapa kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan
yang sama.
Perbedaan individual harus
menjadi perhatian bagi para guru dalam mempersiapkan pembelajaran dalam
kelasnya. Karena perbedaan individual merupakan suatu prinsip dalam
pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi keberhasilan dalam proses
pembelajaran.[7]
6. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan
yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi,
artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan
tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan
yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”.
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar
disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab,
tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga
tidak berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motiv yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga
peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip
konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa
inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan
bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian
menemukan sendiri jalan keluarganya.[8]
7. Balikan
dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan
dan penguatan, ditekankan oleh teori operant
conditioning, yaitu law of effect.
Bahwa peserta didi akan belajar bersemangat apabila mengaetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak
saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif
pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.
Apabila peserta didik
memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar
bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya.
Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan yang positif sebaliknya, bila
peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak
naik kelas, dia terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang
tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya
jawab, eksperimen, diskusi, metode penemuan sebagainya merupakan cara
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode akan
menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.[9]
c.
Penerapan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1.
Perhatian dan Motivasi
Penerapan
prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara
terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar
mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau
mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian
atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian
tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa
untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa
perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2.
Keaktifan
Penerapan prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3.
Keterlibatan Langsung atau Pengalaman
Penerapan
prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala
tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini,
secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman.
Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan penerapan prinsip keterlibatan langsung
bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa
melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca
puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku
keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip
keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.
4. Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam
melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan penerapan dari prinsip
pengulangan.
5.
Perbedaan Individual
Penerapan adanya prinsip perbedaan individual
diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar,
atau memilih bahwa penerapan adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat
berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas penerapan
prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.
6.
Tantangan
Penerapan prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan
dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus
memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang
dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan penerapan dari prinsip
tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas
terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah
7.
Balikan dan Penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan
yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu
memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge
of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang
memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci
jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau
menerima teguran dari guru atau orang tua karena hasil belajar yang jelek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pengertian
prinsip
Kata prinsip berasal dari
bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya) dasar”.[11]Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau
kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi
prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir,
berpijak atau bertindak.
b. Prinsip-prinsip
dalam pembelajaran
1.
Perhatian dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan langsung
4.
Pengulangan
5.
Proses individual
6.
Tantangan
7.
Balikan dan penguatan
c. Penerapan Prinsip-prinsip Pembelajaran dalam
Pembelajaran
Penerapan Prinsip Belajar
|
Bagi Siswa
|
Bagi Guru
|
Perhatian dan Motivasi
|
Dituntut memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.
|
Mengunakan metode yang bervariasi…
Memilih bahan ajar yang diminati
siswa..
|
Keaktifan
|
Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil
belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan
emosional.
|
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
eksperimen sendiri
|
Keterlibatan langsung/
Pengalaman
|
Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang
diberikan guru kepada mereka.
|
Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum
informasi dan menyim-pulkan informasi.
|
Pengulangan
|
Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan
yang berulang-ulang
|
Merancang hal-hal yang perlu di ulang.
|
Perbedaan Individual
|
Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa
|
Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh
siswa
|
Tantangan
|
Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari
sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan
sendiri dalam menghadapi perma-salahan.
|
Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan
permasa-lahan.
|
Balikan dan penguatan
|
Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru
|
Memberikan jawaban yang benar dan memberikan
kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di bahas.
|
DAFTAR PUSTAKA
·
Sagala Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. 2009. Bandung
·
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
·
Mudjiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran.
Rineka Cipta. 2009. Jakarta.
·
Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran.
Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
·
Prof, Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan Alfabeta.
2012. Bandung.
1)
Diambil dari
postingan oleh Kurniawan Alex dari web: http://kurniawaalex.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-pembelajaran.html pada 19 Oktober 2016 pkl. 23:46
2)
Diambil dari
makalah Pinkan
Hediastantya Putri (STKIP PGRI Pacitan) dari web:
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/05/prinsip-prinsip-belajar-dan-implikasinya/ Pada 20 Oktober 2016 pkl. 00:29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar